Keberadaan agama-agama sangat berpengaruh dalam mewarnai dinamika sosio-kultural masyarakat di Indonesia. Karena itulah gagasan tentang moderasi beragama menjadi penting. Moderasi beragama menjadi tolok ukur untuk menjamin stabilitas, dialog, integrasi agama-agama dalam ruang publik di Indonesia. Moderasi beragama juga menjadi tolok ukur untuk menentukan pemahaman dan tindakan eksklusif dan destruktif di dalam agama. Walau begitu, tidak semua hal di dalam agama bersifat destruktif. Sumbangan moral dan spiritual di dalam agama sendiri juga bermanfaat bagi para penganutnya untuk tidak terjebak pada sikap eksklusif dan desktruktif. Salah satu sumbangan tersebut adalah konsep cinta kasih yang tidak selalu partikular dan eksklusif, melainkan juga sifatnya universal dan inklusif terhadap yang lain di luar agama atau kelompoknya. Artikel ini menggunakan metode analisis naratif untuk menguraikan konsep cinta kasih. Metode tersebut adalah salah satu metode tafsir Kitab Suci yang diakui Gereja karena sifatnya yang transformatif. Secara spesifik, artikel ini menunjukan universalitas konsep cinta kasih melalui pergulatan transformatif para tokoh dalam teks Kitab Suci. Artikel ini juga menunjukan, alih-alih sebagai instrumen destruktif, agama pada dirinya sendiri juga berkontribusi terhadap isu moderasi beragama di Indonesia.
Baca selengkapnya: https://drive.google.com/file/d/1O3fAhsSrNfyypHZL09zx1pw8ENMdi6A-/preview